KompasProperti - Minat baca masyarakat Indonesia tercatat berada di posisi ke-60 dari 61 negara. Laporan itu disampaikan berdasarkan riset The World’s Most Literate Nations 2016. Di kawasan Asia Tenggara, kemajuan membaca masyarakat Indonesia berada di bawah Thailand (peringkat 59), Malaysia (peringkat 53), dan Singapura (peringkat 36).
Padahal, masyarakat di negara maju umumnya gemar membaca. Setiap penduduk di negara maju rata-rata membaca 20 hingga 30 judul buku setiap tahun. Sedangkan di Indononesia, penduduk hanya membaca paling banyak tiga judul buku dan itu pun masyarakat usia 0-10 tahun.
Perubahan dunia yang cepat sebagai dampak globalisasi mesti dikejar dengan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Minat baca masyarakat perlu ditumbuhkan pada anak-anak sejak dini dan menjadi kebiasaan positif untuk mendukung pengembangan dirinya.
Keberadaan perpustakaan sebagai sumber informasi berbanding lurus dengan kemajuan peradaban suatu bangsa. Perpustakaan berfungsi membantu proses akselerasi pembangunan bangsa, terutama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca: Pengiriman Buku di Pos Gratis Komunitas Baca Bisa Kirim Ribuan Buku
Perpustakaan di masa serba digital ini dituntut untuk lebih cepat dan mudah melayanani informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Lippo Group yang tengah membangun Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat juga merancang kota modern lengkap dengan perpustakaan dengan koleksi buku dan informasi yang berkualitas.
Keberadaan perpustakaan itu untuk memenuhi kebutuhan informasi para penghuni apartemen maupun pebisnis di Meikarta.
Chief Marketing Officer (CMO) Lippo Homes Jopy Rusli mengatakan bahwa Meikarta adalah kota baru yang dibangun pengembang Lippo dan merupakan proyek terbesar yang pernah dibangun Lippo Group.
"Dunia industri maupun kalangan akademisi bisa memanfaatkan keberadaan perpustakaan di Meikarta," kata Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya, medio September 2017 di Tangerang.
UPH memiliki The Johannes Oentoro Library, sebuah perpustakaan modern di Indonesia yang dibuka pada Mei 2006. Perpustakaan itu dinamai demikian untuk mengenang rektor pertama UPH, almarhum Johannes Oentoro.
Perpustakaan seluas 5.400 meter persegi itu didirikan pihak universitas dengan biaya sekira Rp 50 miliar. Selain koleksi yang lengkap, perpustakaan juga dilengkapi sistem keamanan prima. Lima alat pemindai mesti dilewati pengunjung yang akan memasuki ruang perpustakaan itu.
Perpustakaan ini memiliki 50 ribu buah koleksi buku, 2.100 koleksi majalah, 269 artikel jurnal yang tersimpan rapi di lantai 2 perpustakaan ini serta lebih dari seribu materi audiovisual dan 5 ribu tesis serta disertasi.