KompasProperti - Menurut laporan terbaru Bank Indonesia mengenai Survei Harga Properti Residensial yang dirilis pada 13 November 2017, perlambatan bisnis properti diperkirakan masih berlanjut sampai awal tahun 2018.
KompasProperti pada Senin (20/11/2017) mewartakan, laporan itu dibuat berdasarkan survei terhadap responden, yaitu pengembang properti, yang beroperasi di area Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Banten, serta 15 kantor perwakilan dalam negeri Bank Indonesia.
Kebanyakan dari responden berpendapat, penyebab utamanya yaitu tingginya suku bunga KPR, uang muka rumah, pajak, lamanya perizinan, serta kenaikan harga bahan bangunan.
Ada satu lagi penyebab yang bakal memberatkan bisnis properti pada tahun mendatang, yaitu pemilihan kepala daerah pada 2018 dan pemilihan presiden pada 2019.
Baca: Meikarta Berpotensi Jadi Pusat Bisnis Paling Strategis di Indonesia
Meski demikian, perlambatan bisnis properti itu tidak membuat para pengembang putus asa. Mereka terus gencar memasarkan produknya sesuai target dan segmen pasar masing-masing.
Salah satu contohnya yaitu Lippo Group yang melakukan pemasaran secara masif untuk menjual proyek apartemen dan kota mandiri Meikarta yang berlokasi di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Sesuai penjelasan dari Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya, Bank Indonesia mengeluarkan regulasi pembelian rumah pada akhir 2013. Sejak saat itu, jumlah penjualan menurun. Kondisi yang sama berlanjut saat penyelenggaraan pemilu 2014. Kemudian, sekitar Juni 2016 – Maret 2017, Pemerintah RI memberlakukan kebijakan tax amnesty.
Rangkaian peristiwa itulah yang membuat Lippo Group tidak mau lama-lama larut dalam kondisi yang sama. Mereka ingin melakukan suatu hal yang baru di luar dari kebiasaan para pengembang properti pada umumnya.
Promosi gencar pun dilakukan di sejumlah media massa, baik melalui media cetak, online, maupun televisi, hampir setiap hari. Pemasangan iklan dan baliho sering dijumpai di mana-mana, di berbagai sudut jalan, serta di gedung pusat perbelanjaan dan perkantoran.
“Kami memakai teknik extraordinary marketing. Sebab, untuk membangkitkan pasar itu harus ada extra effort,” ucap Ketut Budi Wijaya, dalam suatu perbincangan di kantornya, Jumat (15/9/2017).
Ketut mengatakan, publikasi gencar tentang Meikarta malah jadi benchmark bagi pengembang lain. Lippo Group ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa ternyata pasar properti di Indonesia masih kondusif.
Gayung bersambut, masyarakat menyambut gembira penjualan apartemen Meikarta. Hal itu bisa diketahui dari informasi yang didapat bahwa sampai saat ini jumlah pemesanan calon pembeli sudah sekitar 130.000 unit apartemen.
“Hingga saat ini pesanan lebih kurang 130.000 unit. Setiap hari kira-kira 1.000 unit yang dipesan,” ujar Ketut.
Dengan kondisi demikian, Lippo Group merasa yakin bahwa Meikarta akan menjadi hunian apartemen yang cocok dengan keinginan dan gaya hidup masyarakat modern. Situasi ini pun menjadi bukti bahwa “manisnya gula-gula” dalam penjualan apartemen masih layak dinikmati oleh para pelaku di industri properti.